Jika kita menyebut tentang pustakawan, tentu dengan otomatis
kita akan langsung mengarahkan imajinasi kita pada suatu bangunan yang disebut
dengan perpustakaan. Oleh karena itu kita tidak akan mengalami kesulitan dalam
mendefinisikan arti tentang pustakawan. Ya, pustakawan adalah orang-orang yang
menjadi bagian kesatuan unit dari perpustakaan, bahasa yang lebih sederhana
mungkin bisa menjadi “orang yang bekerja di perpustakaan”.
Namun, apakah boleh semudah itu kita mendefinisikan arti
pustakawan? Saya rasa adalah hal yang tidak etis jika seluruh orang yang
bekerja di perpustakaan disebut pustakawan “yang tanpa mempunyai gelar ilmu
perpustakaan”. Karena disiplin ilmu perpustakaan sudah berdiri sendiri menjadi
kesatuan ilmu yang baku dan mempunyai ketetapan aturan yang diterapkan dalam
pengelolaan perpustakaan.
Tapi alangkah baiknya jika kita berbesar diri saja untuk
tidak mempermasalahkan hal tersebut. Karena masing-masing individu tentu
mempunyai keinginan yang sama dalam berkarya dan bermanfaat bagi yang lain
melalui media perpustakaan. Hal itu saya simpulkan karena tidak sedikit mereka
yang jurusan ilmu perpustakaan justru lupa akan tugasnya sebagai pustakawan.
Seorang pustakawan adalah seorang pekerja social, yang mana
mereka harus rela untuk memberikan banyak waktunya untuk kepentingan sosial
bukan untuk membangga-banggakan level atau tingkat derajat mereka dalam sistem pekerjaan.
Memang peraturan pemerintah menetapkan tingkat karir pustakawan hampir sejajar
dengan profesionalitas lainnya, tapi lebih dari itu sisi sosial tetap harus
menjadi patokan utama bagi pustakawan jika ingin diakui aktualisasi dan
existensinya dalam kehidupan.
Banyak dari kita pustakawan menuntut suatu hak yang harus
dipenuhi dengan sempurna, padahal keaktifan kita dalam berbagai hal sendiri
belum terbukti. Sebenarnya dalam satu sisi tentu hal itu akan membawa kita pada
dampak negative yang luar biasa jeleknya, menyudutkan definisi pustakawan
sebagai pekerja “penunggu orang membaca buku”. Padahal abad teknologi ini sudah
mengharuskan pustakawan lebih mempunyai mobilitas yang tinggi untuk menjadi
salah satu pemeran untuk terciptannya “literasi informasi” bagi masyarakat
menyeluruh dan keberlangsungan belajar sepanjang hayat.
Maka dari itu, memberdayakan diri dalam kontek sosial pada bidang
kemajuan pendidikan tentunya, akan membawa kita pada penerimaan apresiasi yang
selanjutnya membawa kita pada profesionalitas yang sebenarnya.